Matahari bersinar tepat diatas petala langit, membiarkan awan – awan seputih kapas melewatinya. aku dan siswa siswi sekolah alam lainnya bergegas menaiki kendaraan beroda empat tersebut.
Selama perjalanan hanya ada hamparan tambak, jalanan semi lumpur kami lewati, sedikit guncangan mengganggu kami, satu-dua terjedut kepalanya. di tengah tambat kincir oksigen seakan membuat sejuk suasana.
sesampainya ditempat tersebut, kami diberikan surprise luar biasa yang tidak terkira, masing masing kelompok yang terdiri dari tiga orang diberikan tempat dirumah warga yang berbeda – beda, dalam hal ekonomi dan pekerjaan, kebetulan kelompokku yang terdiri dari aku, yuki, dan yuda mendapatkan rumah sepasang jompo yang romantis *aciee, mereka sudah berumur satu abad dan masih terlihat mesra, mereka tidak dikaruniai anak sama sekali, yang mereka urus selama ini hanyalah kucing kucing kampung terlantar yang mereka rawat sukarela. saat pertama kali datang kami disambut cerita – cerita Bah Waca (si tuan rumah) saat jaman penjajahan belanda, tentang ratu wihelmina dan pejabat tinggi belanda – jepang lainnya, dia bilang sewaktu muda, bom dijatuhkan dimana – mana oleh nipon, indonesia seakan menjadi kacau, tidak seperti sekarang. ia berpindah pindah bersama Mak Tasih (Istrinya) beberapa kali mereka melawan penjajah dengan bambu runcing, sungguh hebat. saat sore kami bertiga membantu Bah Waca mengembala kambing di tambak, dan suasana yang kami rasakan cukup khidmat,s emilir angin dan suara bising burung kuntul mewarnai sore itu, kecipak air turut melagukan suasana senang hatiku.
kami makan dengan sederhana, tidur digigit si penghisap darah yang lumayan banyak, guru pendampingku dan aku tidak bisa tidur karena serangan nyamuk yang tidak terkira.
keesokan harinya aku dan sahabatku Luthfi ngebolang berdua berkeliling desa Betok mati, tahu apa yang kami lakukan berdua? mencari ualr dna hewan – hewna lainnya, selama di perjalanan kami melihat ular, biawak, angsa, bebek, kodok aneh, bunglon, dan lain – lain, itu pun sudah membuat kami senang.
dihari kedua entah mengapa perutku mengempes dan akupun mencoba banyak makan hingga lima kali dalam sehari, wah… tidak tahu beratku naik atau tidak, yang pasti aku lapar sekali.
kami hanya negbolang, lalu sorenya kembali berjalan – jalan di tambak untuk menangkap angin, dan ikut mengembala kambing, serunya aku dan dua sahabat lainnya berseluncur disebuah selokan yang menurun dan terjal hingga kaki kami penuh lumpur dan lumut, tapi itu tak menyurtkan niat kami untuk kembali berlari, kami berlari menemui teman diujung sana yang begitu mengharapkan kami datang, kami lagi – lagi melewati rintangan, rumput tajam dan selokan, setelah itu kami membersihkan kaki yang kotor di tambak ikan dan dimarahi oleh petugas *Aduh…. kacau balau.
hari – hari itu menjadi yang paling indah, tak terasa kami harus berpisah dengan Bah Waca dan warga – warga lainnya, ucapan yang paling kuingat dari Mak Tasih dan Bah Waca adalah.
“Aduh.. kok sebentar banget, pingin atuh mak satu anak cowok sama cewek buat nemenin disini.” Ucpanya sembari tersenyum memamerkan gigi ompongnya.
kami bersalaman dan berpamitan, lalu kembali memasuki mobil di jam sepuluh siang dan kembali ke karawang.
aku jadi lebih belajar, tentang hubungan baik antara manusia dengan manusia lainnya, aku berfikir, tidak selamanya hidup itu diatas, ada kalanya kita hidup dibawah, dan satu lagi, aku jadi lebih menghargai nasi, karena dibalik sebutir nasi yang kita sisakan, ada wajah – wajah orang yang lebih membutuhkan di luar sana.
SakaNews-Karawang, Sekolah Alam Karawang mengadakan perlombaan-perlombaan dalam rangka milad Republik Indonesia ke 72 tahun pada tanggal 15-16 Agustus 2017 bertempat di lapangan SAKA. dalam acara ini di perlombakan Bola Voli, tarik tambang, kelereng, tiaup balon, panjat pinang dan masih banyak... Selengkapnya
SAKANEWS-karawang, sekolah alam Karawang (SAKA) mengadakan itikaf 3 hari 2 malam bertempat di masjid Perum Peruri Telukjambe barat, pada Sabtu-Senin (17-19/6/2017). Program ini bertujuan sebagai pembelajaran kepada peserta didik untuk terbiasa itikaf memburu malam Lailatul Qodar di sepuluh hari terakhir... Selengkapnya
Haii gaiss?. Kemarin tanggal 24 maret. Aku sama temen temen Live-in lohh. Tau acara di transtv gak? Yang ‘jika aku menjadi’. Nah program live-in itu sama kayak acara program tv itu. . Desa yang akan kami live-in kan adalah desa... Selengkapnya
Belum ada Komentar untuk kisah inspiratif dan menyejukan ketika Live in, merasakan hidup sebagai orang susah. -Dua hari bersama pejuang- by KAK Mubarok